Asuhan Keperawatan

My Blog List

Thursday, February 17, 2011

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ATRIUM SEPTAL DEFEK (ASD)



A. PENGERTIAN
Atrial Septal Defect adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri. Kelainan jantung bawaan yang memerlukan pembedahan jantung terbuka adalah defek sekat atrium. Defek sekat atrium adalah hubungan langsung antara serambi jantung kanan dan kiri melalui sekatnya karena kegagalan pembentukan sekat. Defek ini dapat berupa defek sinus venousus didekat muara vena kafa superior, foramen ovale terbuka pada umumnya menutup spontan setelah kelahiran, defek septum skundum yaitu kegagalan pembentukan septum skundum dan defek septum primum adalah kegagalan penutupan septum primum yang letaknya dekat sekat antar bilik atau pada bantalan endokard.

B. KLASIFIKASI
Macam – macam defek sekat ini harus ditutup dengan tindakan bedah sebelum terjadinya pembalikan aliran darah melalui pintasan ini dari kanan ke kiri sebagai tanda timbulnya syndrome Eisenmenger. Bila sudah terjadi pembalikan aliran darah, maka pembedahan dikontraindikasikan. Tindakan bedah berupa penutupan dengan menjahit langsung dengan jahitan jelujur atau dengan menambal defek dengan sepotong dakron.
Tiga macam variasi yang terdapat pada ASD, yaitu :
1. Ostium Primum ( ASD 1 ), letak lubang di bagian bawah septum, mungkin disertai kelainan katup mitral.
2. Ostium Secundum ( ASD 2 ), letak lubang di tengah septum.
3. Sinus Venosus Defek, lubang berada diantara Vena Cava Superior dan Atrium kanan.

C. ETIOLOGI
Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa factor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD.
Faktor – factor tersebut diantaranya :
1. Faktor Prenatal
a. Ibu menderita infeksi Rubella
b. Ibu alkoholisme
c. Umur ibu lebih dari 40 tahun
d. Ibu menderita IDDM
e. Ibu meminum obat – obatan penenang atau jamu

2. Faktor Genetik
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB
b. Ayah atau ibu menderita PJB
c. Kelainan kromosom misalnya Sindroma Down
d. Lahir dengan kelainan bawaan lain.
Gangguan Hemodinamik
Tekanan di atrium kiri lebih tinggi daripada tekanan di atrium kanan sehingga memungkinkan aliran darah dari Atrium kiri ke Atrium kanan.

D. MANIFESTASI
1. Bisnis sistolik tipe ejeksi di daerah sela iga dua/tiga pinggir sternum kiri.
2. Dyspnea
3. Aritmia

E. PATOFISIOLOGI
Pada kasus Atrial Septal Defect yang tidak ada komplikasi, darah yang mengandung oksigendari Atrium Kiri mengalir ke Atrium Kanan tetapi tidak sebaliknya. Aliran yang melalui defek tersebut merupakan suatu proses akibat ukuran dan complain dari Atrium tersebut. Normalnya setelah bayi lahir complain ventrikel kanan menjadi lebih besar daripada ventrikel kiri yang menyebabkan ketebalan dinding ventrikel kanan berkurang. Hal ini juga berakibat volume serta ukuran atrium kanan dan ventrikel kanan meningkat. Jika complain ventrikel kanan terus menurun akibat beban yang terus meningkat shunt dari kiri ke kanan bisa berkurang. Pada suatu saat sindroma Eisenmenger bisa terjadi akibat penyakit vaskuler paru yang terus bertambah berat. Arah shunt pun bisa berubah menjadi dari kanan kekiri sehingga sirkulasi darah sistemik banyak mengandung darah yang rendah oksigen akibatnya terjadi hipoksemi dan sianosis.






















F. PATHWAY
MeSH


Cardiovaskular system Tissue Types Congenital Heat Deferts


Heart Blcod Vessels














G. KOMPLIKASI
1. Gagal Jantung
2. Penyakit pembuluh darah paru
3. Endokarditis
4. Aritmia

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
2. Foto thorak
3. EKG; devisi aksis ke kiri pada ASD primum dan devisi aksis ke kanan pada ASD Secundum; RBBB, RVH.
4. Echo
5. Kateterisasi jantung; prosedur diagnostic dimana kateter radiopaque dimasukkan ke dalam serambi jantung melalui pembuluh darah perifer, diobservasi dengan fluoroskopi atau intensifikasi pencitraan; pengukuran tekanan darah dan sample darah memberikan sumber – sumber informasi tambahan.
6. TEE (Trans Esophageal Echocardiography).

I. PENGKAJIAN
a. Lakukan pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan yang mendetail terhadap jantung.
b. Lakukan pengukuran tanda – tanda vital.
c. Kaji tampilan umum, perilaku, dan fungsi :
1). Inspeksi :
Status nutrisi - Gagal tumbuh atau penambahan berat badan yang buruk berhubungan dengan penyakit jantung.
Warna - Sinosis adalah gambaran umum dari penyakit jantung congenital, sedangkan pucat berhubungan dengan anemia, yang sering menyertai penyakit jantung.
Deformitas dada - Pembesaran jantung terkadang mengubah konfigurasi dada.
Pulsasi tidak umum - Terkadang terjadi pulsasi yang dapat dilihat.
Ekskursi Pernapasan - Pernapasan mudah atau sulit ( mis; takipnea; dispnea, adanya dengkur ekspirasi ).
Jari tabuh - Berhubungan dengan beberapa type penyakit jantung congenital.
Perilaku - Memilih posisi lutut dada atau berjongkok merupakan cirri khas dari beberapa jenis penyakit jantung.
2). Palpasi dan Perkusi :
Dada - Membantu melihat perbedaan antara ukuran jantung dan karakteristik lain ( seperti thrill vibrilasi yang dirasakan pemeriksa saat mampalpasi ).
Abdomen - Hepatomegali dan atau splenomegali mungkin terlihat.
Nadi perifer - Frekwensi, keteraturan, dan amplitude ( kekuatan ) dapat menunjukkan ketidaksesuaian.
3). Auskultasi
Jantung - Mendeteksi adanya Murmur jantung.
Frekwensi dan irama jantung - menunjukkan deviasi bunyi dan intensitas jantung yang membantu melokalisasi defek jantung.
Paru – paru - Menunjukkan ronki kering, kasar, mengi.
Tekanan darah - penyimpangan terjadi di beberapa kondisi jantung ( mis; ketidaksesuaian antara ekstremitas atas dan bawah ).
4) Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian - mis; ekg, radiografi, ekokardiografi, fluoroskopi, ultrasonografi, angiografi, analisis darah ( jumlah darah, haemoglobin, volume sel darah, gas darah ), kateterisasi jantung.
-
J. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan defek struktur.
Tujuan : Klien akan menunjukkan perbaikan curah jantung.
Kriteria Hasil :
a. Frekwensi jantung, tekanan darah, dan perfusi perifer berada pada batas normal sesuai usia.
b. Keluaran urine adekuat urine adekuat ( antara 0,5 – 2 ml/kgbb, bergantung pada usia).
Intervensi keperawatan / rasional
a. Beri digoksin sesuai program, dengan menggunakan kewaspadaan yang dibuat untuk mencegah toxisitas.
b. Beri obat penurun afterload sesuai program.
c. Beri deuretik sesuai program.
2. Diagnosa keperawatan : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan system transport oksigen.
Tujuan : Klien mempertahankan tingkat energi yang adekuat tanpa stress tambahan.
Kriteria Hasil :
a. Anak menentukan dan melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan.
b. Anak mendapatkan waktu istirahat / tidur yang tepat.
Intervensi Keperawatan / rasional
a. Berikan periode istirahat yang sering dan periode tidur tanpa gangguan.
b. Anjurkan permainan dan aktivitas yang tenang.
c. Bantu anak memilih aktivitas yang sesuai dengan usia, kondisi, dan kemampuan.
d. Hindari suhu lingkungan yang ekstrim karena hipertermia atau hipotermia meningkatkan kebutuhan oksigen.
e. Implementasikan tindakan untuk menurunkan ansietas.
f. Berespons dengan segera terhadap tangisan atau ekspresi lain dari distress.
3. Diagnosa Keperawatan : Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan ketidakadekuatan oksigen dan nutrient pada jaringan.
Tujuan : Pasien mengikuti kurva pertumbuhan berat badan dan tinggi badan.
Anak mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang sesuai dengan usia Kriteria Hasil :
a. Anak mencapai pertumbuhan yang adekuat.
b. Anak melakukan aktivitas yang sesuai usia.
c. Anak tidak mengalami isolasi social.
Intervensi Keperawatan / rasional
a. Beri diet tinggi nutrisis yang seimbang untuk mancapai pertumbu7han yang adekuat.
b. Pantau tinggi dan berat badan; gambarkan pada grafik pertumbuhan untuk menentukan kecenderungan pertumbuhan.
c. Dapat memberikan suplemen besi untuk mengatasi anemia, bila dianjurkan.
d. Dorong aktivitas yang sesuai usia.
e. Tekankan bahwa anak mempunyai kebutuhan yang sama terhadap sosialisasi seperti anak yang lain.
f. Izinkan anak untuk menata ruangnya sendiri dan batasan aktivitas karena anak akan beristirahat bila lelah.
4. Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan status fisik yang lemah
Tujuan : Klien tidak menunjukkan bukti – bukti infeksi.
Kriteria Hasil : Anak bebas dari infeksi.
Intervensi Keperawatan / Rasional
a. Hindari kontak dengan individu yang terinveksi.
b. Beri istirahat yang adekuat.
c. Beri nutrisis optimal untuk mendukung pertahanan tubuh alami.
5. Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi cidera ( komplikasi ) berhubungan dengan kondisi jantung dan terapi.
Tujuan : Klien / keluarga mengenali tanda – tanda komplikasi secara dini.
Kriteria Hasil :
a. Keluarga mengenali tanda – tanda komplikasi dan melakukan tindakan yang tepat.
b. Klien / keluarga menunjukkan pemahaman tentang tes diagnostic dan pembedahan.
Intervensi Keperawatan / Rasional
a. Ajari keluarga untuk mengenali tanda – tanda komplikasi :
Gagal jantung kongestif :
1. Takikardi, khusunya selama istirahat dan aktivitas ringan.
2. Takipnea
3. Keringat banyak dikulit kepala, khususnya pada Bayi.
4. Keletihan
5. Penambahan berat badan yang tiba – tiba.
6. Distress pernapasan
Toksisitas digoksin
1. Muntah ( tanda paling dini )
2. Mual
3. Anoreksia
4. Bradikardi
Distrimia
Peningkatan upaya pernapasan - retraksi, menggorok, batuk, sianosis.
Hipoksemia - sianosis, gelisah.
Kolaps kardiovaskular – pucat, sianosis, hipotonia.
b. Ajari keluarga untuk melakukan intervensi selama serangan hipersianotik.
1. Tempatkan anak pada posisi lutut – dada dengan kepala dan dada di tinggikan.
2. Tetap tenang
3. Beri oksigen 100 % dengan masker wajah bila ada.
4. Hubungi praktisi.
c. Jelaskan atau klarifikasi informasi yang diberikan oleh praktisi dan ahli bedah pada keluarga.
d. Siapkan anak dan orang tua untuk prosedur.
e. Bantu membuat keputusan keluarga berkaitan dengan pembedahan.
f. Gali perasaan mengenai pilihan pembedahan.
6. Diagnosa Keperawatan : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak dengan penyakit jantung (ASD).
Tujuan : Klien atau keluarga mempunyai penurunan rasa takut dan ansietas.
Klien menunjukkan perilaku koping yang positif.
Kriteria Hasil : Keluarga mendiskusikan rasa takut dan ansietasnya.
Keluarga menghadapi gejala anak dengan cara yang positif.
Intervensi Keperawatan / Rasional
a. Diskusikan dengan orang tua dan anak ( bila tepat ) tentang ketakutan mereka dan masalah defek jantung dan gejala fisiknya pada anak karena hal ini sering menyebabkan ansietas / rasa takut.
b. Dorong keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan anak selama hospitalisasi untuk memudahkan koping yang lebih baik di rumah.
c. Dorong keluarga untuk memasukkan orang lain dalam perawatan anak untuk mencegah kelelahan pada diri mereka sendiri.
d. Bantu keluarga dalam menentukan aktivitas fisik dan metode disiplin yang tepat untuk anak.
Evaluasi
Proses : Langsung setelah setiap tindakan.
Hasil : Tujuan yang diharapkan.
1. Tanda – tanda vital anak berada dalam batas normal sesuai dengan usia.
2. Anak berpartisipasi dalam aktivitas fisisk yang sesuai dengan usia.
3. Anak bebas dari komplikasi pascabedah.

No comments:

Post a Comment